Laman

JAMU SESAK NAFAS, ASMA SEMBUH PERMANEN

Kabar gembira, Bagi anda atau saudara/teman anda yang menderita sesak napas,asma, karena merokok atau sebab lain, kini tersedia obatnya, InsyaAllah sembuh, 90 % pasien kami sembuh total, minimal bebas kertegantungan obat. Bagi anda yang ingin mencoba (sample gratis), SMS nama dan alamat , kirim ke 081392593617. Klik Disni

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selasa, 24 Januari 2012

Kebumen : Kelenteng Kong Hwie Kiong Pemersatu Warga Tionghoa

BERDIRI KOKOH: Bangunan kelenteng Kong Hwie Kiong di Jalan Pramuka No 41 Kebumen yang pertama kali dibangun tahun 1898 masih berdiri kokoh. (suaramerdeka.com/ Supriyanto)
KEBUMEN - Bagi masyarakat keturunan Tionghoa, kelenteng bukan sekadar tempat sembahyang para penganut Tri Dharma yakni Budha, Konghucu, dan Taoisme. Kelenteng mempunyai fungsi sosial, yakni sebagai pemersatu dan mempererat persaudaraan antara warga Tionghoa.
Salah satu fungsi sosial itu terlihat di kelenteng Kong Hwie Kiong. Selain menjadi tempat ibadah, kelenteng yang berada di Jalan Pramuka nomor 41 Kebumen itu juga menjadi tempat berkumpul warga keturunan Tionghoa. Apalagi dalam rangkaian perayaan Imlek, intensitas warga berkumpul di tempat ini meningkat.
Terletak di tengah kota Kebumen, kelenteng Kong Hwie Kiong dibangun pertama kali oleh Liem Kik Gwan seorang letnan keturunan Tionghoa pada tahun 1898.
Liem Kik Gwan merupakan seorang petugas pengumpul pajak (Kong Sin) bagi orang-orang Tionghoa untuk diserahkan kepada Belanda. Kelenteng dibangun sebagai tempat ibadah warga keturunan Tionghoa yang saat itu jumlahnya sudah cukup banyak.
Menurut tokoh Tionghoa Kebumen, R Sutanto Kolopaking atau Tan Cing Hok, kelenteng yang berdiri di sisi timur Sungai Luk Ulo itu mengalami kerusakan berat akibat perang. Saat perang kemerdekaan itu, bangunan kelenteng runtuh. Bahkan sejumlah bagian hancur, kecuali beberapa tembok yang masih bertahan hingga sekarang. Sebab kala dalam agresi Belanda I sekitar tahun 1946, warga Tionghoa meninggalkan Kebumen untuk mengungsi ke Yogyakarta.
Sampai tahun 1950, sebagian warga Tionghoa pulang kembali ke Kebumen. Akan tetapi karena berbagai hal, baru pada tahun 1969, kelenteng dipugar kembali. Bangunan tahun 1969 itulah yang masih kokoh berdiri hingga saat ini.
"Adapun bangunan asli yang masih tersisa hanya tembok sisi kanan, kiri dan bagian belakang," ujar Tan Cing Hok kepada Suara Merdeka, Selasa (24/1).
Kelenteng yang sudah berumur 114 tahun sejak dibangun pertama kali ini terdapat 15 altar dan 25 patung dewa-dewi (rupang). Adapun dewa yang menjadi tuan rumah di keleteng itu adalah Thian Shang Senmu atau Dewi Samudera. Selain itu, banyak pula yang memuja dewa Hok Tek Ceng Sin.
Sebagai kaum minoritas, tak dapat dipungkiri banyak hal yang harus dihadapi oleh warga keturunan Tionghoa dalam lintasan sejarah. Terlebih pada saat era orde baru yang sekian lama berkuasa, begitu ketat dalam membatasi aktivitas warga keturunan Tionghoa. Sejumlah perayaan pun tak dapat bebas dilakukan seperti saat ini.
Bersyukur, sekarang semua sudah terbuka. Bahkan perayaan Imlek pun ditetapkan oleh pemerintah RI sebagai hari besar nasional. Budaya Tionghoa pun sudah menjadi bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Cara Mudah, Cepat Dan Tanpa Resiko Membuat Uang Secara Online, Ikutan Gabung yuk !  Klik Disini !
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga :  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bisnis Online Paling Meunguntungkan
Aduh maaak, terima kasih Tuhan, terima kasih webmaster. Saya bisa kuliahkan anak dan membantu biaya berobat ibu saya yg sakit dengan dana ini. Setelah itu saya betul2 percaya bahwa program bisnis ini bener2 bekerja. Sejak itu saya mulai aktif mempromosikan bisnis ini ke siapa saja, lewat email, milis, sms, dll. Sekarang hasilnya sudah lebih dari 500 juta masuk ke rekening bank saya. Sekali lagi terima kasih webmaster program 5 milyar
. Klik Disini

Salam, Bambang Widjatmoko, Surabaya (Kesaksian)