KEBUMEN
(KR) - Hama ulat kantong atau ulat contong yang menyerbu ribuan pohon
albasia di Kebumen tahun 2007 lalu sampai kini ternyata masih terus
mengganas. Akibatnya, sebagian besar petani Kebumen trauma untuk
menanam kembali pohon tersebut.
”Padahal
saat masa jaya tanaman ini, petani seperti berlomba-lomba untuk
menanami lahan mereka dengan albasia, karena cepat dipanen dan
menghasilkan uang. Tapi kini tanaman ini dijauhi oleh petani, mengingat
belum ada pestisida yang mampu menangkal serangan ulat ini, ” jelas
Solihin (40), anggota Kelompok Tani (Klomtan) ‘Rahayu’ Dukuh Lengkong
Desa Jemur Kecamatan Pejagoan Kebumen, sambil menunjukkan 2 pohon
albasia berusia 5 tahun di hutan rakyat setempat yang sejak bulan
Oktober 2011 lalu diserang hama ulat kantong, Minggu (25/12).
Di samping daunnya habis dimakan ulat, batang salah satu pohon sudah terlihat mengering mulai bagian bawah sampai pucuknya. Sedangkan pohon di sebelahnya semua daunnya habis dan sebagian batangnya mulai mengering.
Sekitar 30 meter dari kedua pohon itu, terdapat 30 pohon albasia berusia 3 tahun yang sudah menunjukkan tanda-tanda terserang hama ulat tersebut, sebagian daunnya sudah terlihat menguning. Namun berdasarkan pengalaman selama ini serangan semacam itu tak bisa diatasi.
Sedangkan Dalimin (48), anggota Klomtan ‘Maju’ Dukuh Bendungan Desa Jemur Kecamatan Pejagoan Kebumen mengungkapkan, ribuan pohon albasia yang mati di desanya akibat serangan ulat kantong sejak 2007 lalu mengakibatkan kerugian petani yang cukup besar, mengingat sebatang pohon albasia dewasa bisa laku Rp 300 sampai Rp 500 ribu, tergantung ukuran diameternya. Saat serangan terjadi, ulat-ulat itu bersembunyi dalam kantong atau daun yang menggulung, kemudian dengan cepat menghabisi daun di pohon yang diserang.
Setelah daun habis, ulat menyerang batang sampai batang mengering dan pohon mati. Sejak itu, semangat petani menanam albasia atau walikonang menurun drastis. Saat ini petani di desanya lebih memilih tanaman jati mas, jabon, akasia dan mahoni di hutan rakyat mereka. (Dwi)-s
Di samping daunnya habis dimakan ulat, batang salah satu pohon sudah terlihat mengering mulai bagian bawah sampai pucuknya. Sedangkan pohon di sebelahnya semua daunnya habis dan sebagian batangnya mulai mengering.
Sekitar 30 meter dari kedua pohon itu, terdapat 30 pohon albasia berusia 3 tahun yang sudah menunjukkan tanda-tanda terserang hama ulat tersebut, sebagian daunnya sudah terlihat menguning. Namun berdasarkan pengalaman selama ini serangan semacam itu tak bisa diatasi.
Sedangkan Dalimin (48), anggota Klomtan ‘Maju’ Dukuh Bendungan Desa Jemur Kecamatan Pejagoan Kebumen mengungkapkan, ribuan pohon albasia yang mati di desanya akibat serangan ulat kantong sejak 2007 lalu mengakibatkan kerugian petani yang cukup besar, mengingat sebatang pohon albasia dewasa bisa laku Rp 300 sampai Rp 500 ribu, tergantung ukuran diameternya. Saat serangan terjadi, ulat-ulat itu bersembunyi dalam kantong atau daun yang menggulung, kemudian dengan cepat menghabisi daun di pohon yang diserang.
Setelah daun habis, ulat menyerang batang sampai batang mengering dan pohon mati. Sejak itu, semangat petani menanam albasia atau walikonang menurun drastis. Saat ini petani di desanya lebih memilih tanaman jati mas, jabon, akasia dan mahoni di hutan rakyat mereka. (Dwi)-s
Mau uang gratis ? Klik Disini !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar